4 Cara Menjadi Teladan di Lingkungan Sekitar
Pernahkah Anda bertemu seseorang yang rasanya, hanya dengan berada di dekatnya, kita jadi ikut semangat? Mungkin itu guru kita, atasan di kantor lama, atau bahkan tetangga sebelah rumah. Mereka tidak selalu orang terkenal atau kaya raya. Mereka "hanya" orang biasa, namun memiliki aura yang membuat kita berpikir, "Saya ingin bisa seperti dia."
Di tengah dunia yang seringkali terasa bising dan penuh keluhan, kehadiran sosok seperti itu ibarat oase. Mereka adalah sumber teladan.
Bagi kita yang berada di rentang usia matang,mkonsep "teladan" seringkali bergeser. Ini bukan lagi tentang ketenaran, tapi tentang makna (legacy). Kita mulai bertanya, "Apa dampak yang saya tinggalkan?" Kita tidak hanya ingin sukses untuk diri sendiri, tapi juga ingin bermanfaat bagi orang lain. Pertanyaannya, bagaimana cara menjadi teladan dan bermanfaat untuk lingkungan sekitar kita?
Menjadi teladan bukanlah bakat bawaan. Ia adalah sebuah pilihan sadar, sebuah keterampilan yang bisa diasah melalui proses pengembangan diri yang konsisten. Ini bukan tentang melakukan hal-hal besar di panggung dunia, tapi tentang bagaimana kita menjalani kehidupan sehari-hari yang akhirnya memberi dampak positif bagi orang-orang terdekat.
Mengapa Menjadi Teladan Itu Penting?
Seringkali, kita berpikir bahwa untuk mengteladan, kita harus mencapai sesuatu yang luar biasa dahulu. Padahal, yang terjadi adalah sebaliknya. Justru ketika kita fokus untuk menjadi teladan dalam hal-hal kecil, dampak besar akan mengikuti.
Menjadi teladan bukanlah soal memuaskan ego pribadi. Ini adalah tentang efek domino kebaikan.
Coba bayangkan, Anda memutuskan untuk konsisten ramah kepada petugas kebersihan di kantor Anda. Sikap positif Anda menular, membuat si petugas merasa dihargai. Karena merasa mood-nya baik, ia melayani rekan kerja lain dengan senyum tulus. Rekan kerja itu, yang mungkin sedang stres, merasa sedikit lebih ringan dan memutuskan untuk tidak marah-marah saat rapat. Rapat berjalan lancar, keputusan baik diambil, dan seterusnya.
Anda, dengan satu tindakan kecil, telah memulai gelombang dampak positif. Itulah kekuatan teladan. Bagi kita di usia matang, ini adalah bentuk pemenuhan diri (self-fulfillment) yang paling murni. Kita tidak hanya bekerja mencari nafkah, tapi juga menebar kebaikan yang membuat lingkungan kita (kantor, rumah, komunitas) menjadi tempat yang lebih baik.
Membangun Diri Sendiri Terlebih Dahulu
Pepatah lama "Anda tidak bisa menuang dari cangkir yang kosong" sangatlah benar. Mustahil kita bisa memotivasi orang lain jika kita sendiri merasa kosong, bingung, atau tidak jujur pada diri sendiri. Proses pengembangan diri adalah fondasi mutlak untuk menjadi sumber teladan.
Inilah tiga pilar utama yang harus dibangun di dalam diri:
- Integritas Diri
Fondasi paling dasar dari teladan adalah kepercayaan. Dan kepercayaan lahir dari integritas diri.
Integritas diri adalah saat apa yang Anda katakan, apa yang Anda yakini, dan apa yang Anda lakukan, semuanya selaras. Sederhananya, Walk the talk.
Di usia kita, orang sudah lelah dengan kata-kata manis. Mereka melihat konsistensi. Apakah Anda menasihati junior untuk jujur, sementara Anda sendiri "mengakali" laporan? Apakah Anda bicara soal pentingnya keluarga, tapi Anda tidak pernah punya waktu untuk mereka?
Orang tidak terteladan oleh kata-kata Anda, mereka terteladan oleh contoh Anda. Menjadi teladan dalam integritas adalah cara menjadi teladan yang paling kuat. Jika ada satu hal yang orang ingat dari Anda, biarlah itu adalah "Dia orang yang lurus, kata-katanya bisa dipegang."
- Keaslian (Authenticity)
Banyak yang salah kaprah, mengira menjadi sumber teladan berarti harus tampil sempurna, tanpa cela, dan selalu sukses. Ini keliru besar.
Justru di era media sosial yang penuh kepalsuan, orang rindu pada keaslian.
Teladan tidak datang dari kesempurnaan Anda, tapi dari cara Anda menangani ketidaksempurnaan. Bagaimana Anda bangkit saat gagal? Bagaimana Anda mengakui kesalahan? dan Bagaimana Anda tertawa lepas, bahkan saat tahu Anda punya banyak kekurangan?
Orang terhubung dengan kisah Anda, bukan pencapaian Anda. Tunjukkan bahwa Anda manusia biasa yang terus berproses. Pengembangan diri bukanlah tentang menjadi robot sempurna, tapi tentang menjadi versi terbaik dari diri Anda yang otentik. Jangan takut menunjukkan perjuangan Anda. Justru di situlah letak kisah inspiratif yang sesungguhnya.
- Visi dan 'Why'
Pernah bertemu orang yang bicaranya penuh semangat, matanya berbinar saat menceritakan pekerjaannya, padahal mungkin pekerjaannya biasa saja?
Mereka adalah orang yang punya Visi atau Why (Alasan).
Orang yang inspiratif tahu mengapa mereka bangun di pagi hari. Mereka punya tujuan yang lebih besar dari sekadar "mencari uang" atau "menunggu pensiun". Mereka punya misi pribadi. Saat Anda tahu mengapa Anda melakukan sesuatu, Anda akan memancarkan energi dan keyakinan. Energi inilah yang menarik dan memotivasi orang lain.
Menjadi sumber teladan seringkali berarti menjadi sosok yang memiliki kepemimpinan, bukan kepemimpinan dalam arti jabatan, tapi kepemimpinan dalam arti memimpin hidupnya sendiri. Orang akan ikut terteladan ketika mereka melihat Anda bergerak maju dengan tujuan yang jelas.
Langkah Praktis Menjadi Teladan
Setelah fondasi diri kuat, barulah kita bisa mulai "menuang" ke cangkir orang lain. Berikut adalah langkah-langkah praktis dan membumi tentang cara menjadi teladan dalam keseharian, yang seringkali kita lupakan.
- Mendengar untuk Memahami
Di dunia yang sibuk ini, hadiah terbesar yang bisa Anda berikan pada orang lain adalah perhatian Anda sepenuhnya. Inilah empati.
Banyak dari kita mendengar sambil menunggu giliran bicara. Kita mendengar untuk menjawab, bukan untuk memahami.
Empati adalah kemampuan untuk benar-benar merasakan apa yang orang lain rasakan. Saat rekan kerja mengeluh, tahan keinginan untuk langsung memberi nasihat. Coba tanyakan, "Apa yang kamu rasakan saat itu?" atau "Boleh ceritakan lebih lanjut?"
Dale Carnegie, dalam bukunya yang legendaris, “How to Win Friends and Influence People” menekankan bahwa hasrat terdalam manusia adalah keinginan untuk merasa penting dan dihargai.
Carnegie (2018, hlm. 75) menjelaskan bahwa cara termudah untuk membuat orang merasa penting adalah dengan memberikan perhatian yang tulus dan tidak terbagi. Saat Anda benar-benar mendengarkan, orang itu akan merasa dihargai. Saat mereka merasa dihargai, mereka merasa lebih baik. Dan mereka akan mengingat Anda sebagai orang yang membuat mereka merasa didengar. Itulah teladan.
- Konsistensi dalam Kebaikan Kecil
Kita sering meremehkan kekuatan hal-hal kecil. Padahal, teladan itu adalah tumpukan dari ribuan kebaikan kecil yang konsisten.
- Selalu menyapa satpam dengan menyebut namanya.
- Memberikan pujian tulus pada rekan kerja atas presentasi yang bagus.
- Membawakan kopi untuk pasangan Anda tanpa diminta.
- Mengucapkan "terima kasih" dengan kontak mata yang tulus.
Menebar kebaikan tidak harus menunggu momen besar. Lakukan setiap hari. Jadikan sikap positif sebagai default setting Anda. Mungkin tidak ada yang memberi Anda piala untuk ini, tapi Anda sedang membangun reputasi sebagai sosok yang hangat dan memberi dampak positif bagi atmosfer ruangan.
- Menjadi Teladan dalam Resiliensi
Ini mungkin yang terpenting. Hidup di usia matang pasti penuh tantangan, mulai dari karier mentok, cicilan, kesehatan orang tua, atau masalah anak remaja.
Lingkungan Anda tidak hanya melihat kesuksesan Anda. Mereka jauh lebih memperhatikan bagaimana Anda merespons kegagalan dan tekanan.
Apakah Anda panik dan menyalahkan semua orang saat proyek gagal? Atau Anda tenang, mengambil tanggung jawab, dan berkata, "Oke, ini tidak berhasil. Mari kita cari pelajarannya dan coba lagi"?
Menjadi teladan dalam ketangguhan (resiliensi) adalah salah satu cara menjadi teladan yang paling berdampak. Anda menunjukkan pada lingkungan sekitar Anda bahwa "jatuh" itu wajar, tapi "bangkit lagi" adalah sebuah pilihan yang kuat.
- Membuka Diri untuk Growth Mindset
Jangan pernah berhenti belajar. Tunjukkan pada junior Anda, atau bahkan anak Anda, bahwa pengembangan diri adalah proses seumur hidup. Ikut seminar, baca buku, pelajari keterampilan baru (walau tidak berhubungan dengan pekerjaan Anda).
Sikap "selalu mau belajar" ini sangat inspiratif. Ini menunjukkan kerendahan hati dan vitalitas. Orang akan melihat Anda sebagai sosok yang dinamis, bukan yang kaku dan merasa sudah tahu segalanya.
Percepat Transformasi Anda bersama Coach David Setiadi
Harus diakui, perjalanan pengembangan diri untuk menjadi sumber teladan ini tidak selalu mudah. Kadang kita tahu apa yang harus dilakukan (harus sabar, harus berintegritas, harus empati), tapi kita bingung bagaimana memulainya. Kita sering terjebak dalam pola lama, emosi yang meledak-ledak, atau kebingungan akan visi hidup.
Di sinilah peran seorang mentor atau coach menjadi krusial.
Jika Anda serius ingin mengakselerasi kemampuan Anda dalam memberi dampak positif dan membangun kepemimpinan yang otentik, saya sangat merekomendasikan Anda untuk melihat program pelatihan yang dibawakan oleh Coach David Setiadi.
Coach David Setiadi memiliki spesialisasi dalam membantu individu, terutama di usia matang, untuk menemukan kembali "api" dalam diri mereka. Beliau tidak hanya memberikan teori, tapi langkah-langkah praktis yang membumi dan sangat relevan dengan tantangan hidup kita.
Bayangkan dan rasakan dengan mengikuti pelatihan Coach David Setiadi, Anda akan dapat:
- Menemukan 'Why' Anda yang Sesungguhnya: Anda akan dibimbing untuk menggali lebih dalam apa passion dan purpose (tujuan) hidup Anda, sehingga Anda memiliki visi yang jelas, fondasi utama untuk menjadi sumber teladan.
- Menguasai Teknik Komunikasi Penuh Empati: Belajar cara benar-benar mendengar dan terhubung dengan orang lain (pasangan, anak, rekan kerja) sehingga mereka merasa dihargai dan termotivasi.
- Membangun Integritas Diri yang Kokoh: Mendapatkan tools untuk menyelaraskan antara nilai-nilai yang Anda yakini dengan tindakan nyata sehari-hari.
- Menjadi Pemimpin yang Otentik: Belajar bagaimana memotivasi orang lain bukan dengan paksaan atau jabatan, tapi dengan pengaruh positif dan keteladanan, seperti yang dijelaskan oleh John C. Maxwell (2011) dalam bukunya “The 5 Levels of Leadership: Proven Steps to Maximize Your Potential. Hal.115”, sebagai kepemimpinan level "Permission", di mana orang mengikuti Anda karena mereka ingin, bukan karena mereka harus.
Pelathan ini adalah investasi berharga untuk sisa hidup Anda. Jangan hanya ingin mendapat teladan tapi, jadilah sumber teladan! Ambil langkah nyata untuk belajar caranya di Pelatihan Coach David Setiadi dan jadilah manfaat untuk sekitar Anda.
Kesimpulan: Teladan adalah Sebuah Pilihan Harian
Menjadi sumber teladan bukanlah gelar yang kita dapatkan di akhir hayat. Itu adalah pilihan yang kita ambil setiap pagi saat bangun tidur.
Pilihan untuk tersenyum, untuk mendengarkan, untuk jujur, Pilihan untuk terus bertumbuh melalui pengembangan diri dan Pilihan untuk memberi dampak positif sekecil apa pun itu.
Mulailah dari diri sendiri, bangun fondasi integritas diri dan empati Anda. Jadilah teladan dalam tindakan, bukan hanya ucapan. Anda tidak perlu mengubah dunia, ubahlah lingkungan sekitar Anda, satu interaksi positif dalam satu waktu.
Phone/WA/SMS : +61 406 722 666


