5 Cara Bersikap Profesional Dalam Berinteraksi
Di dunia kerja yang terus bergerak cepat, kemampuan teknis atau hard skill mungkin bisa membawa Anda mendapatkan pekerjaan. Namun, apa yang membuat Anda bertahan, berkembang, dan yang terpenting, dihormati? Jawabannya adalah cara kita berinteraksi.
Bagi kita yang berada di rentang usia matang, kita paham betul bahwa rasa hormat bukanlah sesuatu yang bisa diminta, apalagi dipaksakan. Rasa hormat adalah hasil, sebuah buah dari konsistensi kita dalam bersikap. Inilah yang disebut profesionalisme. Namun, cara bersikap profesional dalam berinteraksi bukanlah sekadar memakai kemeja rapi atau berbicara dengan bahasa baku.
Profesionalisme adalah tentang karakter, kecerdasan emosi, dan etika profesional yang kita tunjukkan setiap hari. Ini adalah tentang bagaimana kita membuat orang lain merasa dihargai, didengar, dan aman saat berinteraksi dengan kita. Di usia ini, membangun legasi positif dan pengaruh yang baik menjadi lebih penting daripada sekadar mengejar target. Pertanyaannya, sudahkah cara kita berinteraksi mencerminkan nilai tersebut?
Artikel bukan hanya membahas teori. Tapi, kita akan menggali lebih dalam strategi praktis dan pola pikir yang dapat langsung Anda terapkan untuk memperkuat hubungan profesional Anda dan, pada akhirnya, Anda dapat membangun rasa hormat di tempat kerja yang otentik dan bertahan lama. Penasaran? Baca dan simak artikel ini sampai akhir!
- Integritas dan Kecerdasan Emosional
Terkadang, kita terlalu fokus pada apa yang terlihat di permukaan, ya, cara kita berbicara atau cara kita berpakaian. Padahal, profesionalisme sejati dimulai dari dalam. Tanpa fondasi yang kuat seperti integritas dan kecerdasan emosional, sikap profesional kita hanya akan menjadi topeng yang mudah retak saat menghadapi tekanan. Apa itu integritas dan kecerdasan emosional? Kita bahas yuk!
Menjunjung Tinggi Integritas
Integritas adalah mata uang paling berharga dalam dunia profesional. Sederhananya, integritas adalah kesesuaian antara apa yang Anda katakan dan apa yang Anda lakukan. Bagi seorang profesional, janji adalah utang. Ketika Anda berkata akan menyelesaikan laporan hari Jumat, maka selesaikanlah. Jika Anda tidak bisa, komunikasikan jauh-sebelum tenggat waktu, bukan setelahnya.
Integritas juga berarti jujur, bahkan saat itu sulit. Ini tentang tidak mengambil kredit atas pekerjaan orang lain, tidak menyebarkan gosip di ruang istirahat, dan berani mengakui kesalahan. Etika profesional menuntut kita untuk bertanggung jawab penuh. Orang yang berintegritas adalah orang yang bisa dipegang kata-katanya. Dan percayalah, orang seperti inilah yang akan dicari untuk memegang tanggung jawab lebih besar.
Menguasai Kecerdasan Emosional (EQ)
Di rentang usia matang ini, kita telah melihat banyak hal. Kita pernah gagal, berhasil, kecewa, dan bangga. Semua pengalaman itu seharusnya menempa kecerdasan emosional kita. Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengenali, memahami, dan mengelola emosi diri sendiri, serta mengenali dan memengaruhi emosi orang lain.
Cara bersikap profesional dalam berinteraksi sangat bergantung pada EQ. Bayangkan Anda menerima email kritik yang pedas dari klien. Reaksi pertama mungkin marah atau defensif. Namun, seorang profesional dengan EQ tinggi akan mengambil jeda. Ia tidak akan langsung membalas email dalam keadaan emosi. Ia akan mencoba memahami apa sebenarnya yang dikhawatirkan klien, baru kemudian menyusun balasan yang tenang, solutif, dan tetap menghargai. Mengelola emosi bukan berarti menjadi robot, itu berarti Anda yang mengendalikan emosi, bukan sebaliknya.
- Seni Komunikasi Yang Baik
Kita sering salah kaprah, mengira komunikator yang hebat adalah mereka yang pandai berbicara. Padahal, komunikasi interpersonal profesional yang efektif justru dimulai dari kemampuan mendengar. Seni komunikasi yang baik itu apa aja? Kita bahas ya…
Mendengar Aktif
Kebanyakan orang tidak benar-benar mendengar, mereka hanya menunggu giliran untuk berbicara. Mendengar aktif (active listening) adalah sebuah keterampilan penuh kesadaran. Saat rekan kerja Anda berbicara, apakah Anda benar-benar menyimak, atau pikiran Anda sibuk menyusun sanggahan?
Mendengar aktif berarti memberikan perhatian penuh. Tahan keinginan untuk menyela. Letakkan ponsel Anda. Lakukan kontak mata yang wajar. Tunjukkan bahwa Anda menyimak dengan mengangguk atau memberikan gumaman apresiatif. Setelah mereka selesai, coba ulangi poin utama mereka dengan bahasa Anda sendiri (paraphrase), "Jadi, jika saya tangkap dengan benar, kekhawatiran utama Anda adalah soal timeline proyek yang terlalu ketat, begitu?"
Ini menunjukkan bahwa Anda tidak hanya mendengar suaranya, tetapi juga memahami pesannya. Ini adalah salah satu cara tercepat untuk membangun rasa hormat di tempat kerja.
Berbicara dengan Jelas, Santun, dan Bertujuan
Setelah Anda memahami situasinya, barulah giliran Anda berbicara. Dalam konteks komunikasi interpersonal profesional, kejelasan adalah raja. Hindari bahasa yang berbelit-belit atau jargon yang tidak perlu hanya untuk terdengar pintar. Sampaikan poin Anda dengan lugas, namun tetap dalam koridor kesantunan.
Nada suara sangat penting. Dua kalimat yang sama persis bisa memiliki arti yang berbeda jika disampaikan dengan nada sinis versus nada suportif. Selalu gunakan nada suara yang menunjukkan respek. Ini sejalan dengan apa yang ditulis oleh Dale Carnegie dalam bukunya yang legendaris. Seperti yang diungkapkan Carnegie, prinsip dasarnya adalah membuat orang lain merasa penting.
Dalam buku “How to Win Friends and Influence:1936”, Dale Carnegie menekankan bahwa daripada mengkritik, kita harus mencoba memahami sudut pandang orang lain. "Berikan apresiasi yang jujur dan tulus," tulisnya. Ini bukan tentang menjilat, tetapi tentang secara tulus mengakui kontribusi atau sudut pandang orang lain sebelum Anda menyampaikan pendapat Anda.
- Kekuatan Empati
Jika integritas adalah fondasi dan komunikasi adalah alatnya, maka empati adalah perekat yang menyatukan semuanya. Empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri Anda pada posisi orang lain dan merasakan apa yang mereka rasakan.
Dalam membangun hubungan profesional, empati adalah pembeda antara manajer yang sekadar memberi perintah dan pemimpin yang diikuti. Saat seorang anggota tim melakukan kesalahan, pendekatan non-empatik akan langsung menyalahkan. Pendekatan empatik akan bertanya, "Saya lihat ada kendala di sini. Apa yang sedang terjadi? Ada yang bisa saya bantu?"
Empati juga berarti menghargai perbedaan. Di tempat kerja modern, kita berinteraksi dengan orang dari berbagai generasi, latar belakang, dan gaya kerja. Jangan memaksakan cara kerja Anda pada orang lain. Cobalah pahami mengapa mereka melakukan sesuatu dengan cara tertentu. Membangun rasa hormat di tempat kerja berarti Anda harus menghormati orang lain terlebih dahulu, terlepas dari apakah Anda "setuju" dengan mereka atau tidak.
- Etika Non-Verbal (Bahasa Tubuh) dan Digital
Seringkali, cara bersikap profesional dalam berinteraksi tidak dinilai dari apa yang kita ucapkan, tetapi dari apa yang dilihat orang.
- Bahasa Tubuh yang Profesional: Postur tubuh Anda berbicara lebih keras dari kata-kata. Duduk atau berdiri tegak menunjukkan kepercayaan diri. Menyilangkan tangan bisa diartikan sebagai sikap defensif atau tertutup. Jabat tangan yang erat (namun tidak meremukkan) menunjukkan antusiasme. Dan yang terpenting, tersenyumlah secara tulus.
- Menghargai Waktu: Profesionalisme adalah soal menghargai waktu, waktu Anda dan waktu orang lain. Datang tepat waktu untuk rapat adalah bentuk penghormatan dasar. Jika Anda mengadakan rapat, pastikan rapat itu efisien, memiliki agenda yang jelas, dan selesai tepat waktu.
- Etika Digital (Email dan Pesan Singkat): Di era digital, etika profesional juga berlaku di layar kaca. Gunakan salam pembuka dan penutup yang sopan dalam email. Balas pesan dalam waktu yang wajar. Hindari menggunakan HURUF KAPITAL SEMUA yang terkesan berteriak. Dan yang paling krusial, jangan pernah menulis sesuatu dalam email atau pesan singkat yang Anda tidak nyaman jika itu dibaca oleh seluruh perusahaan.
- Mengelola Konflik
Karakter asli seseorang, termasuk profesionalismenya, akan terlihat jelas saat ia berada di bawah tekanan atau dalam situasi konflik.
Konflik di tempat kerja tidak bisa dihindari. Namun, cara kita meresponsnya adalah pilihan. Lari dari konflik atau justru "menyiram bensin ke api" bukanlah cara bersikap profesional dalam berinteraksi. Profesionalisme menuntut kita untuk menghadapi konflik secara konstruktif.
Fokuslah pada masalahnya, bukan pada orangnya. Alih-alih berkata, "Kamu selalu telat menyerahkan data," katakanlah, "Saya perhatikan ada keterlambatan data dalam dua minggu terakhir. Ini berdampak pada laporan tim. Mari kita bicarakan apa kendalanya dan bagaimana kita bisa atasi bersama."
Ini sejalan dengan konsep manajemen modern. Seperti yang dibahas oleh Herry Krisnandi dan Dr. Suryono Efendi dalam buku mereka “Pengantar Manajemen:2019. Hal.215”, menjelaskan fungsi pengendalian (controlling) dalam manajemen bukan hanya soal mengawasi angka, tetapi juga mengelola sumber daya manusia. Mereka menjelaskan bahwa "pengendalian yang efektif mencakup kemampuan untuk memberikan umpan balik yang konstruktif untuk perbaikan kinerja." Ini menegaskan bahwa mengelola "konflik" atau "kesalahan" adalah bagian inti dari etika profesional seorang manajer atau rekan kerja senior.
Ingin Mengubah Hormat Menjadi Pengaruh?
Anda telah membaca berbagai cara dan strategi. Profesionalisme adalah keterampilan yang harus diasah. Teori itu mudah, tetapi mempraktikkannya secara konsisten di tengah tekanan pekerjaan, deadline yang ketat, dan politik kantor, adalah tantangan yang sebenarnya. Di sinilah letak perbedaan antara sekadar bekerja dan membangun karier yang berpengaruh. Anda tidak perlu berjuang sendirian untuk mencari cara terbaik.
Jika Anda serius ingin meningkatkan level interaksi Anda, bukan hanya untuk dihormati tetapi juga untuk menginspirasi, inilah saatnya Anda belajar dari ahlinya yaitu Coach David Setiadi.
Coach David Setiadi telah bertahun-tahun mendedikasikan dirinya untuk membantu para profesional seperti Anda mengubah potensi menjadi performa nyata. Bayangkan dalam pelatihannya, Anda tidak akan mendapatkan teori. Tetapi, Anda akan mendapatkan strategi praktis yang telah teruji.
Bayangkan dan rasakan dengan bergabung bersama Coach David Setiadi, Anda akan dapat:
- Teknik Komunikasi Berpengaruh: Anda akan belajar cara menyampaikan ide sulit atau umpan balik negatif dengan cara yang tetap positif dan diterima oleh lawan bicara.
- Manajemen Emosi di Situasi Sulit: Kuasai teknik untuk tetap tenang, jernih, dan mengambil keputusan tepat bahkan ketika semua orang di sekitar Anda panik.
- Membangun Personal Branding yang Otentik: Temukan cara memproyeksikan citra diri yang profesional dan berintegritas, sehingga rasa hormat datang secara alami kepada Anda.
- Strategi Mengelola Konflik: Dapatkan blueprint langkah demi langkah untuk mengubah konflik yang merusak menjadi kolaborasi yang produktif.
Berinvestasi pada soft skill seperti ini adalah investasi terbaik di usia matang Anda. Jangan biarkan cara interaksi Anda yang lama menghambat pengaruh Anda yang seharusnya. Daftar sekarang dan jadilah sosok profesional yang tidak hanya disegani, tetapi juga dirindukan!
Kesimpulan
Pada akhirnya, cara bersikap profesional dalam berinteraksi bermuara pada satu hal: memperlakukan orang lain dengan rasa hormat yang tulus. Ini adalah cerminan karakter Anda.
Integritas, kecerdasan emosional, komunikasi yang empatik, dan kemampuan mengelola konflik adalah pilar-pilar yang akan menopang reputasi Anda jauh lebih lama daripada pencapaian target kuartalan. Membangun rasa hormat di tempat kerja adalah maraton, bukan lari cepat. Mulailah dari interaksi kecil hari ini, lakukan secara konsisten, dan lihat bagaimana pintu-pintu peluang baru terbuka untuk Anda.
Phone/WA/SMS : +61 406 722 666


